Hiperhidrosis adalah kondisi medis yang ditandai oleh produksi keringat secara berlebihan, melebihi kebutuhan tubuh untuk mengatur suhu. Meski keringat merupakan proses alami untuk mendinginkan suhu tubuh yang terlalu panas, keringat pada penderita hiperhidrosis keluar lebih banyak dari kondisi normal, bahkan saat tubuh tidak memerlukan pendinginan.
Di sisi lain, hiperhidrosis juga sering dikaitkan dengan bau badan. Padahal, keringat sendiri sebenarnya tidak memiliki bau. Lantas, bagaimanakah faktanya? Simak penjelasan lengkapnya di artikel berikut ini!
Apa itu Hiperhidrosis?
Hiperhidrosis adalah kondisi medis yang ditandai oleh produksi keringat yang berlebihan di berbagai bagian tubuh, melebihi kebutuhan fisiologis tubuh untuk mengatur suhu. Orang yang mengalami hiperhidrosis bisa mengeluarkan keringat berlebihan meskipun tidak berada dalam situasi panas atau sedang beraktivitas fisik yang intens.
Hiperhidrosis dapat terjadi pada berbagai area tubuh, termasuk telapak tangan, telapak kaki, ketiak, dan wajah. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, menyebabkan ketidaknyamanan sosial, dan dapat menjadi sumber stres emosional.
Hubungan Hiperhidrosis dengan Bau Badan
Seperti yang telah disinggung, hiperhidrosis, atau produksi keringat berlebihan, dapat memiliki hubungan dengan bau badan. Keringat sendiri sebenarnya tidak memiliki bau. Namun, ketika keringat bertemu dengan bakteri yang ada di kulit, khususnya di area yang lembab seperti ketiak, tangan, atau kaki, dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap.
Pada penderita hiperhidrosis, di mana produksi keringatnya melebihi kebutuhan tubuh untuk mengatur suhu, area kulit yang lembab tersebut menjadi tempat yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri ini kemudian memecah komponen-komponen dalam keringat, seperti asam lemak, dan menghasilkan senyawa yang berbau kurang sedap.
Dengan demikian, hiperhidrosis tidak hanya meningkatkan produksi keringat, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri penyebab bau.
Apakah Hiperhidrosis Berbahaya?
Pada dasarnya, hiperhidrosis adalah kondisi yang tidak mengancam jiwa dan tidak menyebabkan komplikasi serius. Meskipun demikian, kondisi ini dapat memberikan dampak negatif pada kualitas hidup seseorang karena menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan emosional. Beberapa dampak psikologis yang mungkin timbul akibat hiperhidrosis adalah kecemasan, rasa malu, dan isolasi sosial.
Individu yang mengalami hiperhidrosis sering kali merasa cemas dan tidak nyaman dengan kondisi mereka. Kekhawatiran akan berkeringat berlebih dapat menyebabkan mereka menghindari situasi sosial atau aktivitas fisik tertentu. Adapun beberapa tanda bahwa kualitas hidup seseorang sudah terpengaruh oleh hiperhidrosis adalah:
- Menghindari kontak fisik: Merasa perlu menghindari kontak fisik dengan orang lain, seperti berjabat tangan, karena takut terlihat berkeringat.
- Kekhawatiran berlebihan: Terlalu khawatir akan keringat setiap saat, bahkan dalam situasi yang seharusnya tidak memicu keringat berlebih.
- Isolasi dari aktivitas sosial: Memilih menarik diri dari kegiatan olahraga dan kegiatan sosial karena takut akan berkeringat di depan orang lain.
- Gangguan pekerjaan: Hiperhidrosis dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari, seperti sulit menulis atau mengetik karena tangan yang basah.
- Perubahan gaya hidup: Sering berganti pakaian atau mandi secara berlebihan untuk mengatasi keringat berlebih.
- Isolasi sosial: Menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa malu dengan kondisi tubuhnya.
Meskipun tidak berbahaya secara langsung, hiperhidrosis dapat memicu masalah lain, seperti infeksi jamur karena kondisi tubuh yang lembab, kelainan kulit seperti bisul dan kutil, serta masalah bau badan yang dapat memengaruhi kepercayaan diri seseorang.
Gejala Hiperhidrosis
Hiperhidrosis adalah kondisi yang ditandai oleh keluarnya keringat yang berlebihan tanpa adanya pemicu tertentu. Seseorang dapat dicurigai menderita hiperhidrosis berdasarkan beberapa gejala dan tanda yang muncul, antara lain:
- Pakaian sering basah karena keringat berlebih.
- Sering mengalami infeksi kulit pada area tubuh yang mengeluarkan keringat berlebihan.
- Kulit tampak tipis, pecah-pecah, dan terkelupas, dengan warna yang lebih pucat atau kemerahan.
- Kesulitan beraktivitas, contohnya sulit membuka pintu atau memegang pena karena telapak tangan basah oleh keringat.
- Bulir keringat yang terlihat jelas meskipun cuaca tidak panas atau saat sedang tidak banyak beraktivitas.
Selain itu, gejala hiperhidrosis juga dapat bervariasi tergantung pada jenisnya. Adapun dua jenis hiperhidrosis adalah:
- Hiperhidrosis primer: Terjadi pada satu atau beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, tangan, kaki, atau dahi. Keringat berlebih umumnya tidak muncul saat tidur, melainkan bisa terjadi segera setelah bangun. Hiperhidrosis primer biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak atau remaja.
- Hiperhidrosis sekunder: Menyebabkan seluruh tubuh mengeluarkan keringat secara berlebihan, bahkan saat sedang tidur. Hiperhidrosis sekunder biasanya baru muncul setelah usia dewasa.
Penyebab Hiperhidrosis
Hiperhidrosis adalah kondisi yang terjadi ketika kelenjar keringat mengeluarkan keringat secara berlebihan akibat aktivitas sistem saraf yang terlalu aktif dalam mendeteksi tingkat suhu tubuh. Normalnya, keluarnya keringat merupakan respons alami saat suhu tubuh meningkat, bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh.
Dilihat dari penyebab hiperhidrosis sendiri, kondisi ini sebetulnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Hiperhidrosis primer: Pada jenis ini, sistem saraf tubuh terlalu aktif dalam merangsang kelenjar keringat. Akibatnya, kelenjar keringat mengeluarkan keringat meskipun tidak ada pemicu seperti aktivitas fisik atau kenaikan suhu tubuh. Meskipun penyebab pasti hiperhidrosis primer belum diketahui, dugaan adanya faktor keturunan dari keluarga menjadi salah satu kemungkinan.
- Hiperhidrosis sekunder: Terjadi sebagai akibat dari kondisi medis lain, seperti diabetes, obesitas, hipertiroidisme, penyakit asam urat, menopause, dan beberapa jenis kanker. Hiperhidrosis sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, propranolol, atau pilocarpine. Bahkan berhenti menggunakan obat atau alkohol juga dapat menjadi pemicu hiperhidrosis sekunder.
Kapan Harus ke Dokter?
Pada beberapa situasi, hiperhidrosis adalah kondisi medis yang dapat menjadi gejala serius sehingga memerlukan perhatian medis. Jika keringat berlebih disertai dengan gejala seperti mual, nyeri dada, pusing, atau rasa seperti akan pingsan, segera berkonsultasi dengan dokter atau mendatangi Instalasi Gawat Darurat (IGD) terdekat.
Selain itu, pasien juga disarankan untuk pergi ke dokter jika:
- Keringat keluar lebih banyak dari biasanya.
- Berkeringat berlebih mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Berkeringat berlebih disertai penurunan berat badan drastis.
- Berkeringat berlebih terjadi pada malam hari tanpa pemicu yang jelas.
- Kondisi keringat berlebih menimbulkan tekanan emosional atau mengganggu kehidupan sosial.
Perawatan Hiperhidrosis
Secara umum, penanganan hiperhidrosis bergantung pada penyebabnya. Jika kondisi ini disebabkan oleh masalah medis tertentu, dokter akan fokus pada penanganan penyebabnya sebelum menangani hiperhidrosis. Namun, jika penyebabnya tidak diketahui, dokter akan mengambil langkah-langkah langsung untuk mengatasi keringat berlebih.
Sebagai langkah awal, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan deodoran yang mengandung antiperspirant dengan aluminium chloride. Deodoran ini biasanya dioleskan pada malam hari dan dibersihkan pada pagi harinya, dan dapat ditemukan secara bebas di pasaran.
Selain itu, beberapa langkah perawatan hiperhidrosis yang mungkin akan disarankan dokter adalah dengan mengubah gaya hidup, seperti:
- Mandi setiap hari untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit.
- Mengganti kaus kaki secara teratur atau saat sudah terasa lembap.
- Menghindari penggunaan sepatu tertutup terlalu sering.
- Mengeringkan tubuh setelah mandi, terutama di area ketiak dan sela-sela jari.
- Menggunakan sepatu berbahan kulit dan kaus kaki berbahan katun yang dapat menyerap keringat.
- Melakukan teknik relaksasi, seperti yoga atau meditasi, untuk mengelola stres yang bisa memicu hiperhidrosis.
- Memilih pakaian dengan bahan yang nyaman di kulit untuk kegiatan sehari-hari dan pakaian yang dapat menyerap keringat saat berolahraga.
- Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang dapat memicu keringat, seperti minuman berkafein, makanan pedas, kari, dan minuman beralkohol.
Cara Mengatasi Hiperhidrosis
Jika perubahan gaya hidup tidak berhasil mengendalikan keluarnya keringat, dokter dapat mempertimbangkan beberapa metode atau cara mengatasi hiperhidrosis yang umumnya digunakan, yaitu:
1. Alat Penghambat Keringat (Iontophoresis)
Terapi iontophoresis dapat dilakukan jika hiperhidrosis terjadi di telapak tangan atau kaki. Terapi ini melibatkan merendam tangan atau kaki pasien dalam air sambil mengalirkan arus listrik untuk menghambat kelenjar keringat. Meskipun efektif untuk banyak pasien, terapi ini perlu diulang secara berkala, dan efeknya mungkin tidak bertahan lama.
2. Pemberian Obat-obatan
Untuk meredakan hiperhidrosis, dokter dapat meresepkan obat-obatan tertentu, seperti krim yang mengandung glycopyrrolate untuk menghambat kerja saraf yang memicu keringat. Selain itu, obat minum seperti glycopyrrolate, oxybutynin, dan benztropine dapat diresepkan untuk memperbaiki kinerja saraf pengatur kelenjar keringat.
Dalam beberapa kasus, obat minum yang mengandung beta-blocker seperti propranolol juga dapat digunakan dalam dosis rendah untuk meredakan hiperhidrosis yang disebabkan oleh gangguan kecemasan.
3. Suntik Botulinum Toksin (Botox)
Suntik botox dapat digunakan untuk menghambat sementara kerja saraf yang menyebabkan keringat berlebih. Suntikan ini diberikan beberapa kali di area tubuh yang mengalami hiperhidrosis setelah pemberian obat bius lokal. Efek botox bisa bertahan hingga 12 bulan, namun, terapi ini perlu diulang. Perlu diingat bahwa suntikan botox dapat menyebabkan kelemahan otot sementara di area yang disuntik.
4. Terapi Gelombang Mikro
Terapi ini menggunakan energi gelombang mikro untuk menghancurkan kelenjar keringat. Dilakukan secara berkala, terapi ini dapat menyebabkan perubahan sensasi pada kulit dan rasa tidak nyaman.
5. Operasi Simpatektomi
Operasi ini dilakukan jika metode pengobatan lain tidak berhasil. Terdapat dua metode operasi, yaitu bedah konvensional atau laparoskopi (endoscopic thoracic sympathectomy). Pada operasi ini, sebagian kecil saraf yang mengatur produksi keringat akan dipotong.
Cara Mencegah Hiperhidrosis
Pada dasarnya, hiperhidrosis adalah kondisi yang tidak bisa selalu dicegah. Hiperhidrosis yang bersifat genetik atau primer tidak dapat dicegah sepenuhnya. Namun, pasien dengan hiperhidrosis primer dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya, terutama dalam mengatasi bau badan dengan perbaikan gaya hidup seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pada hiperhidrosis sekunder, langkah-langkah pencegahan akan bergantung pada penyebabnya. Sebagai contoh, jika hiperhidrosis disebabkan oleh efek samping obat, dokter dapat mempertimbangkan untuk mengganti obat tersebut atau menyesuaikan dosisnya. Begitu pula jika konsumsi minuman berkafein menjadi pemicu, menghentikan atau mengurangi konsumsi minuman tersebut dapat membantu mencegah hiperhidrosis.
Namun, perlu diingat bahwa beberapa jenis hiperhidrosis sekunder yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung atau kanker, mungkin sulit untuk dicegah secara langsung. Pencegahan pada kasus-kasus ini lebih fokus pada penanganan penyebab mendasar dan pengelolaan gejalanya.
Demikian penjelasan lengkap seputar apa itu hiperhidrosis. Apabila kamu atau orang di sekitarmu mengalami hiperhidrosis parah sehingga kualitas hidup terganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter guna memperoleh rekomendasi penanganan yang tepat. Semoga ulasan ini bermanfaat dan nantikan artikel menarik dari Beauty For lainnya!