gigi sensitif adalah

Gigi Sensitif – Penyebab, Ciri, Komplikasi, dan Cara Mengatasi

Gigi sensitif adalah kondisi di mana seseorang mengalami rasa nyeri atau sensasi yang tidak nyaman saat terpapar dengan rangsangan tertentu, seperti makanan atau minuman panas, dingin, manis, atau asam. 

Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya perlindungan enamel gigi atau terbukanya bagian-bagian sensitif gigi yang disebut dengan dentin. Lantas, apakah gigi sensitif bisa sembuh? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa itu Gigi Sensitif?

Gigi sensitif adalah kondisi di mana gigi mengalami rasa nyeri dan ngilu karena lapisan dalamnya, yang disebut dentin, terbuka dan terpapar dengan lingkungan eksternal. Sensasi nyeri ini bisa meluas hingga ke gusi.

Dentin sendiri terhubung dengan saluran yang berisi serabut saraf. Ketika dentin terpapar oleh suhu dingin, panas, atau senyawa asam, serabut saraf dapat merespons dengan ngilu dan ketidaknyamanan. Hal inilah yang kemudian dapat menyebabkan sensasi gigi yang sangat sensitif dan tidak nyaman.

Selain itu, gigi yang terasa ngilu dapat juga disebabkan oleh faktor lain seperti adanya lubang, retakan pada gigi, penggunaan tambalan gigi, atau dampak samping dari proses pemutihan gigi.

Gigi sensitif adalah masalah umum yang bisa dialami oleh siapa saja. Menurut Oral Health Foundation, kondisi ini dapat muncul pada berbagai rentang usia, namun lebih sering terjadi pada kelompok usia 20 hingga 40 tahun. Gigi sensitif juga bisa timbul pada masa remaja dan sering diakui sebagai keluhan umum oleh lansia berusia di atas 70 tahun.

Penyebab Gigi Sensitif

Gigi sensitif adalah kondisi umum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

1. Asam Lambung

Asam lambung yang naik ke mulut, terutama pada kasus refluks asam atau penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), dapat merusak enamel gigi. Hal ini karena enamel yang terpapar asam lambung akan mengalami pengikisan, dan meninggalkan dentin yang lebih sensitif terhadap rangsangan eksternal. 

Di samping penyakit refluks asam lambung, ada kondisi medis lain yang dapat menjadi penyebab gigi sensitif, termasuk kelainan dalam pengosongan lambung (gastroparesis) dan masalah makan seperti bulimia.

2. Email Gigi yang Menipis

Enamel adalah lapisan luar keras gigi yang melindungi dentin dan saraf di dalamnya. Email yang menipis sendiri dapat terjadi karena faktor genetik, penuaan alami, atau penggunaan sikat gigi yang terlalu keras. 

Ketika enamel menipis, lapisan yang melindungi gigi akan berkurang, sehingga meningkatkan sensitivitas gigi terhadap berbagai stimulus, seperti suhu, makanan, dan minuman.

3. Kebiasaan Buruk

Beberapa kebiasaan buruk, seperti menggerus gigi (bruxism), dapat menyebabkan ausnya enamel dan meningkatkan risiko gigi sensitif. Selain itu, kegiatan seperti mengunyah pensil, menggunakan gigi sebagai alat buka botol, atau kebiasaan buruk lainnya juga dapat merusak enamel dan memperburuk sensitivitas gigi.

4. Kondisi Gigi dan Mulut

Kondisi tertentu, seperti gigi berlubang (karies), penyakit gusi, atau retraksi gusi (gusi yang mundur) dapat menyebabkan terbukanya akar gigi atau dentin. Hal ini bisa terjadi ketika bagian sensitif gigi terpapar, maka sensitivitas gigi dapat meningkat.

5. Prosedur Medis Tertentu

Beberapa prosedur medis, seperti bleaching gigi atau pemasangan mahkota, dapat meningkatkan sensitivitas gigi. Sebab, proses bleaching gigi biasanya menggunakan bahan kimia tertentu yang dapat menyebabkan reaksi pada dentin. Sementara pemotongan dan penyesuaian gigi selama prosedur pemasangan mahkota juga dapat merangsang saraf gigi.

Faktor Risiko Gigi Sensitif

Walau dapat terjadi pada siapa saja, beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gigi sensitif adalah:

  • Kebiasaan merokok.
  • Kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda terlalu sering.
  • Tidak menjaga kebersihan atau kesehatan gigi dan mulut dengan baik.

Ciri-Ciri Gigi Sensitif

Pada dasarnya, ciri utama gigi sensitif adalah timbulnya rasa nyeri atau ngilu pada gigi ketika terpapar dengan stimulus tertentu, seperti:

  • Paparan udara dingin.
  • Berkumur dengan obat kumur yang mengandung alkohol.
  • Menyikat gigi.
  • Membersihkan gigi dengan dental floss atau benang gigi.
  • Konsumsi makanan dan minuman yang terlalu panas atau dingin, asam, dan manis.

Namun, selain munculnya rasa ngilu atau nyeri, beberapa gejala yang biasanya juga ditemukan pada penderita gigi sensitif adalah:

  • Gusi mengalami penyusutan.
  • Gusi memerah.
  • Gusi bengkak.
  • Mengalami halitosis atau bau mulut.
  • Adanya sensasi aneh di mulut.

Komplikasi Gigi Sensitif

Jika tidak ditangani dengan baik, sejumlah komplikasi yang mungkin muncul akibat gigi sensitif adalah:

  • Mengalami kelainan pola tidur.
  • Maloklusi, yaitu posisi gigi dan gusi yang tidak sejajar.
  • Kesulitan dalam mengonsumsi makanan dan minuman.

Cara Mengatasi Gigi Sensitif

Penderita yang mengalami gejala gigi sensitif ringan sebetulnya bisa melakukan perawatan mandiri di rumah untuk mengatasi kondisi ini. Adapun beberapa perawatan mandiri yang disarankan bagi penderita gigi sensitif adalah:

  • Menyikat gigi secara perlahan.
  • Berkumur dengan obat kumur yang tidak mengandung alkohol.
  • Menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut.
  • Memilih pasta gigi khusus untuk gigi sensitif.

Namun, apabila perawatan mandiri tersebut tidak membantu, maka penderita disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter gigi guna memperoleh diagnosis dan penanganan yang tepat. Umumnya, tindakan medis yang akan dilakukan dokter untuk menangani gigi sensitif adalah:

1. Perawatan Gigi

Gigi yang sensitif karena kondisi khusus di dalam mulut dapat diatasi melalui berbagai metode, termasuk:

  • Cangkok gusi, digunakan untuk mengatasi gigi sensitif yang terjadi akibat penyusutan gusi yang parah. Prosedur ini melibatkan penempatan jaringan langit-langit mulut pada area gusi yang mengalami kerusakan, sehingga melindungi gigi dari rangsangan yang menyebabkan sensitivitas.
  • Penambalan gigi, digunakan untuk mengatasi sensitivitas gigi akibat lubang gigi.
  • Perawatan saluran akar gigi, dilakukan dengan menghilangkan pulpa gigi yang rusak jika sensitivitas tidak dapat diatasi dengan cara lain.

2. Melapisi Gigi dengan Fluoride

Untuk mengurangi sensitivitas gigi yang disebabkan oleh penipisan enamel, dokter gigi dapat merekomendasikan pasta gigi khusus yang mengandung bahan penangkal nyeri atau gel fluoride untuk memperkuat lapisan luar gigi.

3. Menghentikan Kebiasaan Buruk

Untuk mengatasi sensitivitas gigi akibat kebiasaan buruk, seperti menyikat gigi dengan kasar, dokter dapat memberikan saran tentang penggunaan sikat gigi yang tepat dan teknik menyikat gigi yang benar. 

Bila gigi sensitif terkait dengan bruxism, dokter bisa merekomendasikan pengelolaan stres dan pengurangan konsumsi kafein. Dalam kasus berlanjut, penggunaan pelindung gigi mungkin diperlukan untuk mencegah kerusakan gigi.

4. Menangani Penyakit Asam Lambung

Gigi sensitif yang berasal dari kondisi lambung seperti GERD dapat ditangani dengan obat penurun produksi asam lambung dan antasida. Pada kasus penyakit lambung yang terkait dengan gangguan makan, seperti bulimia, dokter dapat merekomendasikan konseling dan psikoterapi sebagai bagian dari pendekatan pengobatan.

5. Perawatan Mandiri Setelah Tindakan Medis

Gigi sensitif yang muncul setelah prosedur medis, seperti pemutihan gigi, umumnya bersifat sementara dan akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian, dokter dapat memberikan panduan perawatan mandiri untuk meredakan gejala. 

Oleh karenanya, penting bagi pasien untuk tetap memonitor kondisi gigi sensitifnya dan berkonsultasi dengan dokter jika gejala semakin memburuk.

Cara Mencegah Gigi Sensitif

Secara umum, gigi sensitif adalah suatu kondisi yang bisa dicegah. Adapun sejumlah langkah preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah gigi sensitif adalah:

  • Rutin menyikat gigi dua kali sehari.
  • Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut.
  • Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride untuk meningkatkan daya tahan enamel gigi.
  • Menyikat gigi dengan gerakan perlahan untuk menghindari gesekan yang berlebihan.
  • Membersihkan celah di antara gigi menggunakan benang gigi (dental floss) secara rutin.
  • Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang terlalu asam, manis, panas, atau dingin.
  • Menambahkan konsumsi sayur dan buah untuk menghambat pertumbuhan bakteri dalam mulut.
  • Menghentikan kebiasaan menggertakkan atau menggesekkan gigi.
  • Menggunakan pelindung gigi khusus jika mengalami bruxism untuk melindungi gigi dari kerusakan.
  • Berkonsultasi dengan dokter gigi sebelum menjalani prosedur pemutihan gigi untuk meminimalkan risiko sensitivitas.
  • Menjalani pemeriksaan gigi secara teratur, setidaknya 6 bulan sekali, untuk deteksi dini dan penanganan potensial.

Demikian informasi seputar apa itu gigi sensitif, termasuk penyebab, faktor risiko, ciri, komplikasi hingga cara mengatasi dan mencegahnya. Jika gigi sensitif terus berlanjut dan tidak kunjung membaik, bahkan setelah melakukan perawatan mandiri, segera konsultasi dengan dokter gigi untuk mendapatkan diagnosis dan rekomendasi perawatan yang tepat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Karies Gigi (Gigi Berlubang) – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Apakah Boleh Cabut Gigi saat Sakit? Begini Penjelasannya!

Ketahui 5+ Cara Menghilangkan Gigi Hitam dan Pencegahannya

Veneer Gigi – Manfaat, Prosedur, Biaya, dan Efek Sampingnya

Gusi Bengkak Bernanah, Simak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Gusi Berdarah saat Sikat Gigi, Penyebab dan Cara Mengatasinya