gigi goyang

Gigi Goyang – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Gigi goyang bisa menjadi tanda masalah kesehatan gigi dan gusi yang perlu segera diatasi. Meski lebih sering dialami oleh anak-anak, kondisi ini sebetulnya juga bisa terjadi pada orang dewasa. Lantas, apa penyebab gigi goyang? Mari simak penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Apa itu Gigi Goyang?

Gigi yang goyang adalah kondisi di mana gigi kehilangan kekuatan atau stabilitasnya di dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang sehat biasanya terasa kokoh dan stabil di dalam gusi serta memiliki dukungan tulang yang memadai. Namun, pada gigi yang goyang, terdapat perubahan struktural atau kondisional yang membuatnya tidak stabil atau longgar.

Gigi yang goyang bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan gigi dan gusi yang perlu ditangani dengan serius. Penyebabnya bisa bervariasi, mulai dari infeksi gusi, kerusakan struktural gigi, hingga penurunan tulang penyangga di sekitar gigi.

Kondisi gigi yang goyang dapat dirasakan oleh seseorang ketika menggerakkan gigi dengan lidah atau jari. Pada tingkat yang lebih parah, gigi yang goyang bahkan dapat bergerak saat mengunyah makanan atau menjalani aktivitas sehari-hari.

Penyebab Gigi Goyang

Gigi goyang adalah masalah kesehatan gigi yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

1. Penyakit Gusi

Penyakit gusi, atau gingivitis dan periodontitis, adalah penyebab umum gigi menjadi goyang. Gingivitis adalah peradangan gusi yang dapat berkembang menjadi periodontitis jika tidak diobati. Periodontitis menyebabkan kerusakan pada jaringan penyangga gigi, termasuk tulang, menyebabkan gigi kehilangan stabilitas dan menjadi goyang.

Gingivitis terjadi ketika plak bakteri menumpuk di sekitar gigi dan gusi, sehingga menyebabkan peradangan dan pembengkakan. Jika tidak diatasi, gingivitis bisa berkembang menjadi periodontitis, di mana infeksi merambah lebih dalam ke jaringan. Peradangan kronis dan kerusakan tulang akibat periodontitis inilah yang kemudian dapat menyebabkan gigi menjadi goyang.

2. Bruxism

Bruxism adalah kondisi di mana seseorang menggertakkan atau menggosokkan gigi secara terus-menerus, terutama saat tidur. Tekanan berlebihan yang dihasilkan oleh bruxism dapat merusak enamel gigi, sehingga menyebabkan gigi menjadi lemah dan akhirnya goyang. Penderita bruxism mungkin tidak menyadari kebiasaan ini karena sering terjadi saat tidur.

3. Cedera Atau Trauma

Cedera atau trauma pada area mulut dapat menyebabkan kerusakan pada gigi dan jaringan penyangganya. Misalnya, sebuah kecelakaan yang menyebabkan benturan keras pada wajah dapat merusak akar gigi atau menyebabkan gigi patah. Jika trauma ini tidak diobati dengan cepat, bisa menyebabkan gigi menjadi goyang.

4. Diabetes

Diabetes adalah kondisi medis yang dapat mempengaruhi kesehatan mulut. Penderita diabetes lebih rentan terhadap penyakit gusi, terutama ketika kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik. Penyakit gusi yang parah dapat merusak jaringan penyangga gigi dan menyebabkan gigi goyang.

5. Hormon

Perubahan hormonal, terutama pada masa pubertas, dapat memengaruhi kesehatan gigi dan gusi. Hormon tertentu, seperti estrogen dan progesteron dapat membuat gusi lebih sensitif terhadap iritasi dan peradangan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan struktur penyangga gigi dan gigi menjadi longgar.

6. Kehamilan

Selama kehamilan, perubahan hormonal yang signifikan dapat menyebabkan perubahan pada kesehatan gigi dan gusi. Kondisi yang sering terjadi adalah gingivitis kehamilan, di mana gusi menjadi meradang, bengkak, dan berdarah lebih mudah. 

Jika tidak ditangani dengan baik, gingivitis kehamilan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan penyangga gigi dan menyebabkan gigi menjadi goyang.

7. Karies Gigi

Karies gigi atau lubang pada gigi adalah salah satu penyebab utama gigi menjadi goyang. Karies gigi terjadi ketika bakteri dalam plak gigi merusak lapisan gigi yang keras (email) akibat produksi asam. Jika karies gigi tidak diobati, kerusakan akan merambah ke jaringan di sekitarnya, termasuk struktur penyangga gigi, yang dapat menyebabkan gigi menjadi longgar.

8. Kebiasaan Merokok

Merokok dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan gigi dan gusi. Zat-zat kimia dalam rokok merusak jaringan di dalam mulut dan memengaruhi aliran darah ke gusi. Kebiasaan merokok juga dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan meredakan peradangan. Akibatnya, gusi menjadi lebih rentan terhadap penyakit, termasuk penyakit periodontal yang dapat menyebabkan gigi menjadi longgar.

9. Osteoporosis

Osteoporosis adalah kondisi di mana kepadatan tulang berkurang, sehingga membuat tulang menjadi rapuh dan rentan terhadap keretakan atau patah. Osteoporosis juga dapat memengaruhi tulang rahang yang menyokong gigi, yang kemudian menyebabkan penurunan kepadatan tulang di sekitar gigi. Hal ini dapat mengakibatkan gigi kehilangan penyangga yang kuat, sehingga membuatnya menjadi longgar.

Faktor Risiko Gigi Goyang

Terdapat beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gigi goyang, di antaranya yaitu:

  • Kekurangan fluoride: Kekurangan fluoride dapat melemahkan enamel gigi, membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan dan gigi menjadi lebih mudah goyang.
  • Kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut: Lalai dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat meningkatkan risiko gigi menjadi goyang. Penumpukan plak dan bakteri dapat menyebabkan penyakit gusi dan kerusakan struktur penyangga gigi.
  • Kebiasaan merokok: Kebiasaan merokok atau mengunyah tembakau dapat merusak jaringan di dalam mulut, termasuk gusi dan struktur penyangga gigi. Zat-zat kimia dalam tembakau dapat menyebabkan peradangan dan infeksi, menyebabkan gigi menjadi longgar.
  • Terlalu sering mengonsumsi makanan dan minuman manis atau asam: Terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman yang tinggi asam atau gula dapat merusak enamel gigi dan memicu gigi menjadi longgar.
  • Mengidap kondisi medis tertentu: Beberapa kondisi medis seperti diabetes, HIV/AIDS, atau kanker dapat meningkatkan risiko gigi menjadi goyang. Sistem kekebalan tubuh yang melemah dapat memperburuk kondisi kesehatan gigi.
  • Sedang menjalani pengobatan osteoporosis dengan obat bifosfonat: Beberapa obat bifosfonat yang digunakan untuk mengobati osteoporosis dapat berpotensi menyebabkan masalah gigi, termasuk gigi yang goyah.

Di samping itu, faktor usia juga dapat berpengaruh. Pasalnya, seiring bertambahnya usia, gigi dapat mengalami keausan dan gusi pun juga mulai surut. Akibatnya, gigi pun menjadi lebih mudah goyang.

Gejala Gigi Goyang

Tanda dan gejala gigi goyang dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Walaupun demikian, secara umum, beberapa tanda yang mungkin menunjukkan gigi goyang dan perlu diwaspadai meliputi:

  • Akar gigi dapat terlihat atau terasa.
  • Gusi mudah berdarah, terutama saat menyikat gigi atau flossing.
  • Gusi tampak mengalami penurunan atau penyusutan (resesi gusi).
  • Gigi terasa goyang saat menyikat gigi atau menggunakan benang gigi.
  • Gusi mengalami pembengkakan dan memperlihatkan warna kemerahan.
  • Gigi yang mengalami masalah menjadi nyeri ketika terkena rangsangan ringan.

Adapun kemungkinan terdapat tanda dan gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Jika mengalami kekhawatiran terkait gejala tertentu, disarankan untuk segera berkonsultasi atau bertanya kepada dokter gigi.

Penting untuk diingat bahwa pemeriksaan sebaiknya segera dilakukan jika gigi goyang disertai dengan kondisi seperti demam tinggi, nyeri yang persisten lebih dari dua hari dan tidak merespons pengobatan, serta kesulitan membuka mulut dengan lebar. Setiap individu dapat memberikan respons yang berbeda terhadap penyakit, dan diagnosis yang cepat dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi.

Cara Mengatasi Gigi Goyang

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, gigi yang goyah dapat memiliki berbagai penyebab, sehingga penting untuk mengetahui akar permasalahannya sebelum mengambil langkah-langkah penanganan yang tepat. Jadi, penanganan gigi yang goyang dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya.

Jika gigi yang goyah masih kuat menempel pada gusi, dokter gigi biasanya akan merekomendasikan prosedur yang disebut splinting. Dalam prosedur ini, potongan logam ditempatkan di antara gigi yang goyah dan gigi tetangganya untuk memberikan dukungan tambahan. Tujuannya adalah agar gigi yang longgar dapat kembali menempel kuat pada gusi.

Metode lain yang mungkin digunakan adalah root planing, di mana dokter gigi menghaluskan permukaan akar gigi untuk membantu perlekatan gusi pada gigi yang longgar. Dengan melakukan ini, gigi dapat kembali menancap kuat pada gusi.

Dalam beberapa kasus yang lebih serius, mungkin diperlukan operasi pengangkatan gigi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Dokter gigi dapat merekomendasikan operasi flap jika jaringan gusi telah mengalami kerusakan yang signifikan akibat penumpukan tartar di bagian dalam gusi. 

Operasi flap melibatkan pengangkatan sebagian gusi melalui sayatan, memungkinkan akses ke bagian dalam gusi untuk membersihkan tartar. Setelah selesai, gusi dikembalikan ke posisinya semula dan sayatan dijahit.

Pada kasus yang sangat parah, dokter gigi mungkin memutuskan untuk mencabut gigi yang goyah. Meskipun prosedur ini mungkin menimbulkan kekhawatiran, dengan perencanaan yang matang, pasien dapat menjalani prosedur ini dengan nyaman.

Pemberian obat antibiotik juga mungkin diperlukan jika gigi goyah disebabkan oleh infeksi. Obat antibiotik bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.

Jika masih ada pertanyaan atau kekhawatiran terkait gigi goyang, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi spesifik setiap individu.

Itu dia penjelasan lengkap seputar gigi goyang. Penting untuk diingat bahwa menerapkan kebiasaan hidup sehat dan menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat membantu mengurangi risiko gigi menjadi goyang. 

Rutin melakukan pemeriksaan gigi, berkonsultasi dengan dokter gigi, dan menjalani perawatan gigi yang tepat juga merupakan langkah-langkah penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mencegah gigi menjadi longgar. Semoga ulasan ini bermanfaat dan sampai jumpa di artikel Beauty For lainnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gigi Tonggos pada Anak – Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Ini Penyebab dan Cara Mengatasi Sakit Gigi saat Puasa, Simak!

Gusi Bengkak tapi Tidak Sakit – Penyebab dan Cara Mengobati

Mengenal Gigi Bungsu – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Mengenal Pentingnya Periksa Gigi, Kapan Waktu yang Tepat?

Sakit Gigi saat Hamil – Jenis, Penyebab, dan Cara Mengatasi